Kutainews.com, Samarinda – Akademisi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Samarinda Diana Imawati menyebut, masyarakat belum siap menjalani kehidupan dengan tatanan normal baru , atau New Normal.
Seperti diketahui, kebijakan new normal baru saja diambil oleh Presiden Joko Widodo. Pemberlakuan new normal di bulan Juni ini, menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
Diana mengatakan, kebijakan new normal yang diambil presiden dengan dasar penyelamatan ekonomi negara pasca diberlakukannya Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), dalam penerapannya akan membuka kembali fasilitas umum, kegiatan industri, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sekolah.
“Satu sisi kebijakan new normal Akan membawa dampak positif bagi perbaikan ekonomi di segala lini. Sisi lain kebijakan new normal dapat memberikan dampak negatif yang tak bisa dihindari,” kata Diana yang juga Dekan Fakultas Psikologi Untag Samarinda, kepada Kutai News, Rabu (03/06/2020).
Perubahan sosial di tengah masyarakat, lanjut Diana adalah hal yang perlu menjadi perhatian khusus dalam penerapan kebijakan new normal.
Masyarakat, lanjut Diana sudah mulai beradaptasi dengan imbauan tetap di rumah, dan selalu menjaga jarak. Masyarakat sudah terbiasa dengan work from home. Ketika masyarakat harus kembali ke pola lama, maka masyarakat perlu adaptasi kembali.
“Perubahan perilaku di tengah masyarakat bisa menjadi pemicu stres, apabila perubahan itu terjadi dengan cepat,” katanya.
Untuk itu, kata Diana masyarakat perlu belajar beradaptasi menerima perubahan. Mulai dari perubahan aktifitas yang biasa dilakukan seperti harus berdiam dirumah, harus selalu mencuci tangan, mengenakan masker dan mengurangi interaksi dengan orang lain.
Ketika Hal-hal tersebut harus dirubah kembali ke pola lama, masyarakat perlu waktu untuk adaptasi kembali. Adanya pemberitaan mengenai pandemi Covid-19 yang seakan membawa ketakutan yang berlebih ditengah masyarakat juga menjadi faktor pendukung penyebab stres di tengah masyarakat.
Ia menyarankan, pemerintah perlu melakukan kajian mendalam sebelum memberlakukan kebijakan new normal.
Pasalnya masyarakat masih berjuang untuk bisa menerima kenyataan pahit pandemi covid-19 yang terjadi. Adaptasi tersebut tentunya membutuhkan Waktu yang tidak bisa di paksakan.
“Ketika masyarakat sedang coba adaptasi dengan keadaan, lalu pemerintah menerapkan kebijakan baru lagi. Dikhawatirkan mental (psikis) masyarakat yang belum siap menerimanya,” pungkas Diana.[]
Editor : Tim Redaksi Kutai News
Diskusi Terkait Berita Ini