Kutainews.com, Samarinda – Buruknya kesehatan lingkungan di suatu daerah dapat mengakibatkan peningkatan penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) semakin parah terutama bagi anak dan balita. Dari catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) ada ratusan balita yang positif serta meninggal dunia akibat buruknya kesehatan lingkungan.
Dalam siaran pers nya WALHI juga membeberkan bahwa bencana non-alam yang melanda Indonesia bahkan dunia hingga saat ini disebabkan karena terganggunya sistem interaksi dinamis antara agen, inang dan lingkungan. Buruk nya kondisi lingkungan Alam pada satu daerah Akan semakin mempercepat penyebaran Covid-19. Tidak adanya daerah hijau atau hutan, adanya aktifitas industri ekstraktif yang menimbulkan polisi udara akibat asap dan debu serta kualitas air yang buruk dapat menjadi pemicu seseorang lebih rentan terserang virus ini.
“Balita dan anak adalah kelompok yang sangat rentan. Tinggal di daerah yang kesehatan lingkungannya buruk saja sudah tidak baik bagi perkembangan balita dan anak-anak di tambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19,” ujar Ketua Panja Darurat Ekologi WALHI Edo Rahman pada Tim redaksi Kutainews.com saat dihubungi Selasa (09/06/2020) pagi.
“Tercatat terdapat 621 balita positif Dan 243 balita meninggal per Juni 2020. Data tersebut membuktikan bahwa pemerintah belum melihat kesehatan lingkungan sebagai faktor penting dalam pencegahan Covid-19,” sambung Edo.
Edo melanjutkan, pemerintah melalui Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 seharusnya dapat melakukan upaya yang lebih strategis dalam kerangka agenda untuk mewujudkan perlindungan dan menghadirkan manfaat langsung bagi balita dan anak seperti memastikan akses layanan dasar kesehatan dan ketersediaan fasilitas kesehatan.
“Memastikan posyandu dan imunisasi terhadap balita bisa tetap berjalan dengan berbagai macam protokol yang ada,” pungkasnya.
Editor : Tim Redaksi Kutainews
Diskusi Terkait Berita Ini