Kutainews.com, Samarinda – Lebih sepuluh tahun lamanya Sayid Gazali Bahasyim yang akrab disapa Zali, mengabdikan diri melayani masyarakat khususnya di bidang pendidikan. Meski tak berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun pria berusia 45 tahun ini sangtlah gigih dalam berusaha.
Pria yang tinggal di Jalan Dwi Kora, RT 17, Kelurahan Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang itu merupakan staff bagian sebagai honorer di Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda. Ketekunannya dalam bekerja menghasilkan suatu karya, berawal dari hobi berkebun ia tak menyangka lahan yang biasa ia gunakan berkebun ternyata memiliki pesona alam yang indah sehingga kini menjadi viral media sosial (Medsos) Facebook.
Ditempat tinggalnya di kawasan perbukitan yang dikenal dengan sebutan Gunung RCTI atau Gunung Lonceng, Zali menaruh harapan besar dari karyanya sendiri bersama saudaranya. Sebuah tempat destinasi wisata yang digarapnya bersama dengan Sahyudin yang akrab disapa Udin (39), sejak pertengahan Februari 2020 lalu menyimpan sejuta potensi wisata perbukitan yang jarang ditemui di Kota Tepian.
Destinasi wisata Gunung Lonceng kini memang sangat menjadi pusat perhatian masyarakat yang jenuh mendekam di rumah sejak diberlakukannya aturan Work Form Home (WFH) ditengah masa pandemi Covid-19. Gunung Lonceng yang menyediakan 5 ornamen hiasan sebagai tempat berswafoto selfie berbentuk perahu, tangan raksasa, sarang burung raksasa, ayunan, lambang berbentuk hati (Love) dan panah raksasa itu seolah menjadi daya tarik pengunjung terlebih pemandangan hamparan Kota Samarinda yang terlihat sangat luas, Gunung Lonceng menjadi wisata lokal baru ditengah larangan berwisata keluar kota.

Pengunjung yang datang pun setiap harinya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan, wisatawan lokal dari sejumlah daerah yang telah menikmati keindahan alam dari ketinggian 300 meter dari permukaan Sungai Mahakam di tanah seluas 4.500 meter persegi ini sangatlah memanjakan semua mata yang melihat.
Namun sayang, untuk saat ini tempat ini terpaksa harus ditutup Zali dan Udin, dikarenakan sejumlah masalah seperti renovasi dan juga diantaranya adalah izin. Sebagai warga negara yang patuh pada pemerintah, Zali merasa pentingnya mengantongi izin atas destinasi wisata yang digarapnya. Dia pun juga tak ingin karyanya itu malah akan menjadi masalah dikemudian hari.
“Ide membuat destinasi wisata itu tak disengaja. Awalnya di lokasi tanah yang saya pinjam dari pemiliknya, saya hanya gunakan untuk berkebun dengan teman saya Udin,” jelas Zali, saat ditemui di kediamannya Rabu (10/6/2020).
Saat ini pun pengaruh cuaca yang tak bersahabat menyebabkan Zali dan Udin menanggung rugi. Sejumlah tumbuhan yang ditanamnya mati, dan mereka pun merugi, termasuk akses jalan menuju bukit tempat swa foto yang berlumpur.
“Saya lalu berpikir mau buat tempat-tempat bersantai. Awalnya modal sendiri Rp 1 juta untuk membeli alat seperti parang dan paku. Saya buat hanya buat keluarga dan warga sekitar yang mau bersantai, tapi ada yang mengupload ke medsos hingga akhirnya banyak yang datang,” sebut Zali.

Adanya wisatawan lokal yang datang tentu memaksa Zali dan Udin harus memutar otak guna mendapatkan modal operasional dan pembenahan kawasan wisata. Dibukanya benerapa waktu lalu secara tak langsung Zali dan Udin juga telah membuka lapangan kerja bagi warga sekitar, yang mana tetangga mereka bisa berjualan dan juga mengelola parkir.
“Ya sebagai biaya perawatan dan pemeliharaan. Dari situ kami putuskan untuk menentukan tarif masuk Rp 5.000 per orang. Hanya pada pengunjung. Sedangkan untuk pedagang dan parkir tidak. Itulah yang menjadi tujuan kami saat tempat itu ramai, kami berharap ekonomi warga sekitar bisa terbantu dan mereka juga bisa memanfaatkan dari apa yang kami buat. Bahkan pemilik tanah pun juga yang sudah bersedia tanahnya kami kelola bisa merasakan manfaatnya, karena setelah kami tentukan tarif bagi pengunjung, tanah itu bukan lagi kami pinjam namun disewa,” tuturnya.
Karena itulah Zali pun sangat berharap adanya legalitas resmi dalam pengelolaan destinasi wisata yang digarapnya itu, sehingga ada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat menjadi sumbangan pendapatan baru bagi daerah.
“Saya pribadi dan keluarga sangat berterima kasih pada semua pihak yang sudah mendukung. Baik warga sekitar maupun respon wisatawan yang datang dari Samarinda maupun luar,” pungkasnya
Editor : Tim Redaksi Kutainews
[nug_data_corona data=”indonesia” provinsi=”Kalimantan Timur” style=”card”]
Diskusi Terkait Berita Ini