Kutainews.com, Samarinda – Seperti diketahui, kebijakan new normal baru saja diambil oleh Presiden Joko Widodo. Pemberlakuan new normal di bulan Juni ini berarti pemerintah akan kembali membuka fasilitas umum, kegiatan industri, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sekolah.
Tidak akan ada lagi istilah school from home. Para pelajar Akan kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Menghabiskan waktu seharian untuk belajar di sekolah. Berinteraksi dengan guru dan ratusan murid lainnya. Imbauan menjaga jarak aman dan tidak bersentuhan secara langsung, mungkin saja akan terlupakan oleh para pelajar khusus tingkatan Taman kanak-kanak (tk) sampai tingkatan mengah (smp).
Psikolog Klinis Yulia Purnamasari menyebut, bagi anak-anak sampai remaja, sekolah adalah tempat bermain dan berkumpul dengan teman sebaya. Pemahaman anak akan aturan-aturanpun masih minim. “Maka kita tidak bisa membatasi gerak anak di sekolah,” ujarnya kepada Kutai News.
Yulia menambahkan, butuh kesiapan dari sekolah itu sendiri, untuk membuat lingkungan aman dari penyebaran Covid-19 tanpa membuat anak merasa dibatasi dan asing. Sosialisasi dari guru di sekolah, menjadi kunci agar anak bisa memahami protokol Covid-19 saat bersekolah. Selain peran guru di sekolah, peran orang tua di rumah tak kalah pentingnya.
“Orang tua tentunya paham betul, bagaimana sulitnya mendisiplinkan anak-anak untuk patuh terhadap protokol Covid-19. Kemudian orang tua pasti sadar, bahwa tidak banyak sekolah yang memiliki kemampuan untuk mengikuti standard protokol Covid-19 seperti mengurangi jumlah siswa dalam satu kelas, wajib menggunakan masker dan membatasi interaksi anak. Hal demikian membuat orang Tua dihantui rasa cemas yang Tak terelakan. Orang Tua cemas mebiarkan anak mereka di luar pengawasan mereka. Namun orang Tua Tak kuasa menolak kebijakan yang ada,” papar Yulia.
Yulia menyarankan, kepada orang tua agar memberikan bekal pemahaman yang kuat kepada anak. Agar ketika anak berapa di sekolah, anak tetap menjalankan anjuran orang tua. Orang tua diimbau memberi pelajaran dengan memberikan contoh langsung. Orang tua diharap menjadikan rumah sebagai tempat simulasi bagaimana seharusnya anak di luar rumah. “Rasa cemas orang tua adalah hal yang wajar. Tetapi kita tidak bisa terus menerus melarang anak kita keluar rumah. Karena bagaimanapun, sekolah adalah tempat belajar yang terbaik bagi anak,” kata Yulia yang juga content creator @tajukpsikologi, kepada Kutai News.[]
Editor : TIm Redaksi Kutai News
Diskusi Terkait Berita Ini